Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 1995 memperkirakan sekitar 5 juta orang berusia kurang dari 17 tahun meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok. Jumlah perokok dari kalangan remaja Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan. BPS mencatat pada tahun 2004 perokok aktif dari kalangan anak-anak ada pada kisaran usia 13-15 tahun dengan jumlah 26,8 % dan pada kisaran 5-9 tahun sebanyak 2,8 %. Komnas Perlindungan Anak mendapatkan data tentang faktor penyebab daya tarik remaja terhadap rokok. Diperoleh data, 99,7 % remaja terpengaruh untuk merokok setelah melihat iklan rokok di televisi; 87,7 % setelah melihat iklan rokok di luar ruang; 76,2 % setelah melihat iklan rokok di koran dan majalah, dan 81 % setelah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.
           Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
  • Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
  • Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
  • Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, yagresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
  • Cinta dan Hubungan Heteroseksual
  • Permasalahan Seksual
  • Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
  • Permasalahan moral, nilai, dan agama
      Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba.

Artikel ini diambil dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia (idai.or.id)
Terima kasih.

0 komentar:

Bidan Baiq. Diberdayakan oleh Blogger.