Remaja dan Permasalahannya


         Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Ottorank (dalam Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang. Erikson (dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas-ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Secara intelektual remaja mulai dapat berpikir logis, mempunyai kemampuan nalar secara ilmiah dan mampu menguji hipotesis.
  2. Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar berintrospeksi.
  3. Mengalami puncak emosionalitas.
  4. Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tataran psikologism(rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
  5. Sudah mampu memahami orang lain.
  6. Mempunyai sikap rawan (sikap comfomity) yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat.
  7. Masa berkembangnya identitas diri.
  8. Remaja sudah mampu menyoroti nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.
        Karakter remaja yang labil dan lingkungannya menyebabkan timbulnya penyimpangan perilaku yang juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikologis remaja. Penyimpangan perilaku remaja juga terjadi karena interaksi faktor-faktor:
  • Predisposisi (kepribadian, kecemasan dan depresi): Kepribadian yang tidak mantap. Ciri kepribadian : gampang kecewa, jadi agresif dan destruktif, rasa rendah diri, senang mencari sensasi, cepat bosan, merasa tertekan, murung dan merasa tidak mampu menjalankan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kontribusi (keluarga): Keluarga yang disfungsi sosial memungkinkan yanggota keluarga menjadi anti-sosial. Keluarga yang disfungsi sosial ditandai dengan: kesibukan orang tua, hubungan interpersonal yang kurang baik, parental modeling (yang kurang baik).
  • Pencetus (kelompok teman sebaya dan zat itu sendiri): Bila remaja ykhawatir ditolak bergabung dengan kelompok, maka remaja akam berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya termasuk penggunaan narkoba.
Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia (idai.or.id)

Baca juga artikel terkait:
Upaya pencegahan permasalahan remaja
Peran pendidikan dalam mengatasi masalah kesehatan remaja
Upaya penanganan permasalahan remaja 
Masalah aktual kesehatan remaja saat ini 

0 komentar:

Bidan Baiq. Diberdayakan oleh Blogger.