Diare adalah penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau
lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya,
diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek,
atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari
dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14
hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali
atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
Menurut WHO (1980)
diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam atau hari.
2.
Jenis- jenis Diare
·
Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan
oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan buang air besar
lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau
lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini
merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab
diare akut pada anak-anak.
·
Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi.
Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang
dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian
pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit
perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan
badan terasa lemah.
·
Diare Persisten
Merupakan diare akut yang
menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah keruskan
mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat
Jenderal PPM dan PL tahun 2007)
3.
Penyebab
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc.,
penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung
(PPML), Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL)
Depkes yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya
berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare
berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim kemarau
ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih, dan
kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare.
Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan
kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih
sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang jelas-jelas kotor
oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa
digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena
menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni
tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare.
Misalnya, mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar,
dan mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil
terjadilah diare.
1.
Patofisiologi
Penyakit ini dapat
terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:
·
Makan
dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
·
Bermain
dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
·
Penggunaan
sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.
·
Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
2.
Tanda dan Gejala
Gejala diare adalah tinja yang
encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak nafsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Musim
4. Status Gizi
5. Lingkungan
6. Status Sosial Ekonomi
Akibat Diare
Diare yang
berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat,
misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat
mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan muntah
yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat
ditangani.
Pencegahan Diare
Pencegahan muntaber
bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
·
Usahakan
untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
·
Usahakan
pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
·
Sebaiknya
air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa.
·
Tutup
makanan dan minuman yang disediakan di meja.
·
Setiap
kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
·
Biasakan
anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
·
Buatlah
sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
·
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan
sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan
sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan
demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.
Pertolongan Pertama
Bila sudah terlanjur
terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan:
1.
Minumkan
cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak usah
sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus
kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak
tersedia, buatlah larutan gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua
sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan
berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2.
Penderita
sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta
makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.
3.
Penderita
muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam
sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau
makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.