Pelvioperitonitis
1.
Pengertian
Pelveoperitonitis
adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera hanya dalam
rongga perut. Pelveoperitoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Terbagi menjadi bagian viseral, yang
menutupi usus dan mesenterium dan bagian parietal yang melapisi dinding abdomen
dan berhubungan dengan fasia muskularis.
Pelveoperitonitis
pada masa nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan
nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan pelveoperitonitis.
2.
Etiologi
Penyebab
pelveoperitonitis antara lain :
- Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi pelveoperitonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
- Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
- Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia) yang menyebar melalui pembuluh limfe uterus
- Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi
- Pelveoperitonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
- Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan pelveoperitonitis. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut.
- Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan pelveoperitonitis tanpa infeksi. peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelveoperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi
3.
Patofisologi
Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya absaes nanah diantara
perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi.
4.
Manifestasi Klinis
Pelvioperitonitis
adalah peritonitis terjadi sebatas daerah pelvis.
Gejalanya:
Demam, nyeri
perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, kavum douglasi menonjol
karena adanya abses (kadang-kadang). Bila hal ini dijumpai maka nanah harus
dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, supaya nanah tidak keluar menembus
rectum.
5.
Diagnosis
Diagnosis dari
peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan
radiologi.
e a. Pemeriksaan
laboratorium
Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik. Pada peritonitis tuberculosa cairan
peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak
limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Biopsi peritoneum per
kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas,
dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
b.
b. Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan
penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar
berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi.
c.
c. Radiologis
Pemeriksaan
radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam
memperkirakan pasien dengan abdomen akut.
6. Penatalaksanaan
a.
Pencegahan
1.
Selama kehamilan
Penyebab
anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk
memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan faktor penting, karenanya diet yang
baik harus diperhatikan. Serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya
ketuban dan terjadinya infeksi.
2.
Selama persalinan
Usaha-usaha
pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan
lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan
dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua
petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,
alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan
dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
3.
Selama nifas
Sesudah
partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama
postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
b. Pengobatan
Prinsip umum terapi pada
pelveoperitonitis adalah :
1. Penggantian cairan dan
elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena.
2. Terapi antibiotika memegang peranan yang
sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan
ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya.
Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika
dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
3. Terapi analgesik
diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi
untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam
menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam
rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan
menyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker
akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi
jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan.
4. Tindakan bedah
mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab. Tindakan
pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi
dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkus peptikum yang
mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses. Pada
peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada
wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang
tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan.
Disamping
pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan
badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok
dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Pada sellulitis
pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi
abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar
tidak sampai dilukai.